1. KONTROL
ADMINISTRATIF
untuk
menjamin bahwa seluruh kerangka control dilaksanakan sepenuhnya.
Mencakup
hal-hal berikut:
-
Mempublikasikan kebijakan control.
-
Prosedur yang bersifat formal dan
standar pengoperasian disosialisasikan dan dilaksanakan dengan tegas.
-
Perekrutan pegawai dengan orientasi
pembinaan, dan pelatihan yang diperlukan.
2. PEMBATASAN AKSES TERHADAP DATA
Akses
terhadap ruangan yang menjadi pusat data dibatasi sesuai dengan wewenang yang
telah ditentukan.
3. KONTROL
TERHADAP PERSONEL PENGOPERASI
Dokumen
yang berisi prosedur-prosedur harus disediakan dan berisi pesoman-pedoman untuk
melakukan suatu pekerjaan. Pedoman-pedoman ini harus dijalankan dengan tegas.
4. KONTROL
TERHADAP PERALATAN
Kontrol
terhadap peralatan-peralatan perlu dilakukan secara berkala dengan tujuan agar
kegagalan peralatan dapat diminimumkan.
5. KONTROL
TERHADAP PENYIMPANAN ARSIP
Kontrol
ini untuk memastikan bahwa setiap pita magnetic yang digunakan untuk
pengarsipan telah diberi label dengan benar dan disimpan dengan tata cara yang
sesuai.
6. KONTROL
TERHADAP AKSES INFORMASI
Ada
kemungkinan bahwa seseorang yang tak berhak terhadap suatu informasi berhasil
membaca informasi tersebut melalui jaringan (dengan menggunakan teknik
sniffer).
Untuk mengantisipasi keadaan seperti
ini, alangkah lebih baik sekiranya informasi tersebut dikodekan dalam bentuk
yang hanya bisa dibaca oleh yang berhak. Studi tentang cara mengubah suatu
informasi ke dalam bentuk yang tak dapat dibaca oleh orang lain dikenal dengan
istilah kriptografi.
Adapun sistemnya disebut sistem kripto. Secara lebih
khusus, proses untuk mengubah teks asli (cleartext atau plaintext) menjadi teks
yang telah dilacak (cliphertext) dinamakan enskripsi, sedangkan proses
kebalikannya, dari chiphertext menjadi cleratext, disebut dekrpisi. Dua teknik
yang popular untuk melakukan enskripsi yaitu DES dan public-key encryption.
7. Kontrol
Terhadap Perlidungan Terakhir
Kontrol
terhadap perlindungan terakhir dapat berupa:
-
Rencana pemulihan terhadap bencana.
-
Asuransi.
Asuransi merupakan upaya untuk mengurangi kerugian sekiranya terjadi bencana.
Asuransi merupakan upaya untuk mengurangi kerugian sekiranya terjadi bencana.
8. KONTROL
APLIKASI
Kontrol
aplikasi adalah kontrol yang diwujudkan secara sesifik dalam suatu aplikasi
sistem informasi. Wilayah yang dicakup oleh kontrol ini meliputi:
-
KONTROL MASUKAN (Input)
Kontrol
masukan digunakan untuk menjamin keakurasian data, kelengkapan masukan
(inputan), dan validasi terhadap masukan (inputan).
-
KONTROL PEMROSESAN
Kesalahan
salam pemrosesan bisa terjadi sekalipun program dibuat dengan hati-hati agar
bebas dari kesalahan. Kesalahan juga bisa terjadi karena gangguan pada
komponen-komponen pemrosesan. Oleh karena itu, pemeriksaan terhadap kebenaran
hasil pemrosesan kadang-kadang perlu dilakukan sehingga kala terjadi hal-hal
yang tidak benar segera bisa diketahui.
Kontrol
proses antara lain dilakukan dengan mencantumkan total kontrol, berupa nilai
total semua transaksi. Ada pula yang mencantumkan jumlah rekaman dengan maksud
untuk dicocokkan dengan jumlah transaksi.
-
KONTROL KELUARAN (Output)
Kontrol
keluaran dilakukan secara manual untuk memastikan bahwa hasil pemrosesan memang
sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dilakukan dengan melaksanakan pengamatan
terhadap dokumen-dokumen dan laporan-laporan yang dihasilkan oleh komputer
didasarkan pada kebenaran informasi, otorisasi, dan kerahasiaan informasi.
-
KONTROL BASIS DATA
Kontrol
terhadap basis data antara lain dengan cara:
·
Penerapan kebijakan backup dan recovery.
·
Penanganan transaksi melalui mekanisme
rollback dan commit. (rollback adalah kemampuan basis data yang memungkinkan
pengembalian ke keadaan sebelum sebuah transaksi dimulai jika suatu transaksi
tidak berjalan dengan sempurna, sedangkan commit digunakan untuk memastikan
bahwa data benar-benar teah dimutakhirkan pada basis data sekiranya sebuah
transaksi berlangsung dengan sempurna.
·
Otorisasi akses, yang mengatur orang
tertentu hanya bisa melakukan tindakan tertentu pada berkas tertentu.
-
KONTROL TELEKOMUNIKASI
Telekmunikasi merupakan
komponen yang paling lemah dalam sistem informasi. Penyadapan informasi dapat
dilakukan melalui sarana ini dengan cara menyergap gelombang radio dalam sistem
tanpa kabel (wireless) atau dengan cara menyadap jalur fisik dalam jaringan.
Untuk mengantisipasi keadaan
seperti ini, kontrol terhadap telekomunikasi dapat dilakukan dengan cara
mengenkripsi informasi sehingga penyadap tidak dapat membaca informasi yang
sesungguhnya. Teknik checksum juga bisa diterapkan pada data yang vital untuk
mendeteksi apakah telah terjadi perubahan pada data atau tidak.